Analisis Fundamental PT Kalbe Farma Tbk beserta Cheat sheet 2013-2018

Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari usaha sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di Indonesia. 

Melalui proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi 23%), Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi (kontribusi 30%), serta Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi 30%). 

Keempat divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat bebas yang komprehensif, produk-produk minuman energi dan nutrisi, serta usaha distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia. 

Di pasar internasional, Perseroan telah hadir di negara-negara ASEAN, Nigeria, dan Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat bersaing di pasar ekspor. 

Sejak pendiriannya, Perseroan menyadari pentingnya inovasi untuk mendukung pertumbuhan usaha. Kalbe telah membangun kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang formulasi obat generik dan mendukung peluncuran produk konsumen dan nutrisi yang inovatif. Melalui aliansi strategis dengan mitra-mitra internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan pengembangan yang banyak terlibat dalam kegiatan riset mutakhir di bidang sistem penghantaran obat, obat kanker, sel punca dan bioteknologi. 

Didukung lebih dari 17.000 karyawan, kini Kalbe telah tumbuh menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di Indonesia, dengan keunggulan keahlian di bidang pemasaran, branding, distribusi, keuangan serta riset dan pengembangan. Kalbe Farma juga merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp79,2 triliun dan nilai penjualan Rp20,2 triliun di akhir 2017.

CheatSheet Bisa diakses lewat link:
https://bit.ly/2vXQAz4

ANALISIS MAKRO EKONOMI
1.      Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Provinsi
[Seri 2010] Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Persen)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
    ACEH
1.13
1.74
0.56
-0.43
-2.61
1.38
2.31
2.79
    SUMATERA UTARA
5.11
4.96
4.65
3.88
3.81
3.94
3.95
4.06
    SUMATERA BARAT
4.88
4.88
4.69
4.53
4.23
4
4.07
3.96
    RIAU
2.78
1.06
-0.14
0.13
-2.24
-0.28
0.26
-0.02
    JAMBI
5.82
5.06
4.92
5.49
2.44
2.65
2.97
3.09
    SUMATERA SELATAN
4.73
5.23
3.78
3.3
2.98
3.65
4.16
4.73
    BENGKULU
4.97
4.98
4.28
3.74
3.44
3.63
3.38
3.43
    LAMPUNG
5.16
5.09
4.48
3.85
3.95
4.01
4.09
4.24
    KEP. BANGKA BELITUNG
4.52
3.18
2.92
2.43
1.89
1.95
2.35
2.38
    KEP. RIAU
3.53
4.27
3.97
3.49
3.03
2.12
-0.67
1.93
    DKI JAKARTA
5.51
5.34
4.92
4.81
4.84
4.84
5.21
5.22
    JAWA BARAT
4.78
4.82
4.7
3.52
3.52
4.17
3.91
4.24
    JAWA TENGAH
4.4
4.47
4.27
4.46
4.68
4.49
4.53
4.61
    DI YOGYAKARTA
3.94
4.11
4.23
3.95
3.75
3.87
4.11
5.07
    JAWA TIMUR
5.66
5.9
5.37
5.18
4.8
4.96
4.87
4.94
    BANTEN
4.53
4.4
4.31
3.24
3.24
3.14
3.65
3.8
    BALI
5.31
5.63
5.4
5.47
4.8
5.13
4.42
5.22
    NUSA TENGGARA BARAT
-5.29
-2.92
3.73
3.78
20.2
4.5
-1.08
-5.67
    NUSA TENGGARA TIMUR
3.85
3.67
3.65
3.32
3.22
3.44
3.44
3.48
    KALIMANTAN BARAT
3.68
4.13
4.32
3.37
3.28
3.63
3.66
3.61
    KALIMANTAN TENGAH
4.45
4.36
4.89
3.81
4.64
4.05
4.47
3.46
    KALIMANTAN SELATAN
4.91
3.99
3.43
3.01
2.08
2.71
3.64
3.55
    KALIMANTAN TIMUR
3.63
2.73
0.15
-0.58
-3.37
-2.5
0.99
0.6
    KALIMANTAN UTARA
-
-
-
4.11
-0.43
-0.24
2.97
2.28
    SULAWESI UTARA
4.87
5.6
5.17
5.14
5
5.08
5.27
5.01
    SULAWESI TENGAH
7.91
7.67
7.77
3.37
13.68
8.24
5.49
4.74
    SULAWESI SELATAN
6.86
7.63
6.43
6.39
6.08
6.34
6.17
6.08
    SULAWESI TENGGARA
8.18
9.22
5.2
4.03
4.68
4.36
4.65
4.36
    GORONTALO
5.91
6.14
5.94
5.57
4.57
4.9
5.14
4.95
    SULAWESI BARAT
8.59
7.15
4.89
6.79
5.3
4.04
4.66
4.31
    MALUKU
4.4
5.22
3.37
4.77
3.66
3.94
4.05
4.2
    MALUKU UTARA
4.41
4.64
4.09
3.29
3.94
3.67
5.59
5.88
    PAPUA BARAT
0.91
0.93
4.6
2.71
1.56
1.96
1.51
3.74
    PAPUA
-6.19
-0.28
6.45
1.68
5.36
7.17
2.79
5.48










Pertumbuhan ekonomi di Indonesia menurut data BPS yang menyebutkan tentang Laju Pertumbuhan PDB Regional per Kapita atas Dasar Harga Konstan sejak tahun 2011 sampai dengan 2018 ditunjukkan dalam persentase menunjukkan penurunan pada tahun 2012 hingga 2015, namun meingkat kembali pada tahun 2016 hingga 2018. Lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini:


Kondisi tersebut didukung dengan jumlah dan tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 2011 dan 2015 mengalami peningkatan, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.



Sedangkan untuk kondisi kesehatan, dapat dilihat pada data tabel dibawah ini:

Provinsi
Jumlah Desa/Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan Menurut Provins (Desa)
Rumah Sakit
2018
2014
2011
2008
ACEH
64
64
53
40
SUMATERA UTARA
199
178
171
152
SUMATERA BARAT
54
48
45
39
RIAU
55
59
45
41
JAMBI
36
35
28
23
SUMATERA SELATAN
65
59
48
38
BENGKULU
20
18
16
15
LAMPUNG
53
46
37
31
KEP. BANGKA BELITUNG
21
16
13
10
KEP. RIAU
23
25
22
18
DKI JAKARTA
119
99
97
92
JAWA BARAT
292
244
205
177
JAWA TENGAH
274
247
231
205
DI YOGYAKARTA
61
55
47
41
JAWA TIMUR
317
274
243
219
BANTEN
87
60
52
39
BALI
49
39
35
30
NUSA TENGGARA BARAT
31
22
17
17
NUSA TENGGARA TIMUR
48
40
36
30
KALIMANTAN BARAT
39
35
27
25
KALIMANTAN TENGAH
19
17
17
17
KALIMANTAN SELATAN
34
27
26
23
KALIMANTAN TIMUR
39
31
39
33
KALIMANTAN UTARA
11
7
-
-
SULAWESI UTARA
46
35
32
27
SULAWESI TENGAH
29
20
20
19
SULAWESI SELATAN
75
63
60
49
SULAWESI TENGGARA
31
22
24
21
GORONTALO
14
12
10
8
SULAWESI BARAT
10
8
8
7
MALUKU
27
27
20
20
MALUKU UTARA
20
17
16
13
PAPUA BARAT
16
14
13
11
PAPUA
41
43
30
26
INDONESIA
2319
2006
1783
1556


































Jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang memiliki sarana kesehatan menurut provinsi secara keseluruhan telah mengalami peningkatan yang signifikan.

2.      Kegiatan Perekonomian Industri Farmasi di Indonesia
Sub sektor farmasi merupakan salah satu penopang kesejahteraan terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Khususnya dalam menunjang kesehatan seluruh masyarakat. Ditengah kondisi ketidakpastian global yang menerpa ekonomi dunia dan nasional saat ini, Kepala Riset Bahana Sekuritas yakni Bapak Lucky Ariesandi menjeaslkan, bahwasanya dalam dua tahun terakhir ini sektor farmasi mengalami tekanan berat arena gejolak perekonomian dan defisitnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Namun, pada akhir tahun 2017 dan 2018 tlah terjadi penguatan rupiah yang berdampak pada keringanan perusahaan farmasi dalam mengimpor bahan baku. Selain itu, solusi yang dilakukan pemerintah adalah melakukan pengkajian terkait penyelesaian pembengkakan deficit BPJS kesehatan yang menjadi pembeli terbesar obat-obatan di dalam negeri. Kebijakan tersebut tentunya sangat ditunggu-tunggu produsen obat, karena berpengaruh signifikan terhadap kinerja industry farmasi.
Selain itu, berita yang disampaikan oleh iNews.id bahwasanya perusahaan farmasi di Indonesia telah melakukan ekspansi ke Negara Kamboja dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi di Negara tersebut mengalami peningkatan yang pesat. Duta Besar RI untuk Kamboja, yakni Bapak Sudirman Haseng mengatakan, beberapa perusahaan RI yang sudah masuk ke pasar Kamboja diantaranya Dexa Group, Soho, Kalbe, dan Eagle Pharma. Kegiatan yang dilakukan salah satunya adalah menggandeng perusahaan lokal untuk embentuk perusahaan patungan (joint venture). Permintaan terhadap produk-produk farmasi Indonesia, khususnya obat-obat penyakit umum seperti flu, batuk, demam, mengalami peningkatan yang signifikan di pasar Kamboja. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya karena didukung dengan kerjasama bilateral Indonesia-Kamboja yang cukup baik atau dapat dikatakan harmonis.
Perekonomian global harus menghadapi tahun ketidakpastian pada tahun 2018, seiring meningkatnya sengketa dagang khususnya antara AS dan Tiongkok. Perekonomian dunia juga mengalami dampak dari kenaikan suku bunga AS, dengan adanya keputusan bank federal AS untuk memperketat kebijakan moneternya, yang memberikan tekanan pada mata uang beberapa negara berkembang dengan fundamental relative lemah. Didukung oleh besarnya basis konsumen di Indonesia, serta peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dan masyarakat pedesaan, perekonomian Indonesia telah membuktikan ketangguhannya ditengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Ekonomi domestic tumbuh sebesar 5,17% tahun 2018 dibanding 5,07% tahun 2017 sedangkan inflasi tetap terkendali sebesar 3,6% atau masih dalam target inflasi bank Indonesia sebesar 4,0%. Mata uang rupiah meraih kinerja yang cukup positif jika dibandingkan dengan sebagian mata uang negara berkembang lainnya. Dengan depresiasi sebesar 7% dan menutup tahun 2018 dengan nilai tukar sekitar Rp.14.480,-. Diakhir tahun 2018 terjadi pemulihan indeks kepercayaan konsumen yang merupakan pertanda positif bagi perekonomian kedepan. 
Mengetahui data APBN 2019 tentang alokasi total anggaran kesehatan sebesar Rp. 123,1T atau naik sekitar 10% dibadingkan total anggaran kesehatan tahun lalu.

ANALISIS INDUSRI

Salah satu cara yang dilakukan KLBF untuk meningkatkan bisnisnya yaitu melakukan kerja sama perdagangan di Kamboja dengan menggandeng empat perusahaan lokal. Kalbe mengembangkan bisnisnya sejak 2004. Saat ini terdapat kurang lebih 50 merk produk kalbe yang memasuki pasar Kamboja. Alasan perusahaan KLBF melakuan kerja sama dengan Kamboja dikarenakan Kamboja merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir selain itu Kamboja merupakan pasar yang berpotensi bagi produk ekspor Indonesia khususnya sektor farmasi. Masyarakat Kamboja juga sudah mulai terbisa untuk menggunakan produk-produk Indonesia yang dianggap memiliki kualitas baik dengan harga terjangkau.
Pada tahun 2018 KLBF juga ikut ambil bagian dalam penyiapan Roadmap Industri Farmasi Indonesia 2014-2025 bersama Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementrian Kesehatan guna mendukung terbitnya paket Kebijakan Ekonomi ke-11 Pemerintah dan Kabupaten Presiden No.06/2016 untuk mempercepat pertumbuhan Industri Farmasi Nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan sejak tahun 2009 hingga tahun 2018 penjualan neto meningkat sebesar 43% dan penjualan neto tiap tahun selalu mengalami peningakatan yang signifikan.
Ditahun 2018 industri farmasi terus tumbuh dengan ditopang oleh angaran belanja pemerintah dibidang kesehatan yang mencapai Rp.111T, atau meningkat sebesar 6% dari tahun sebelumnya. Penambahan anggaran ini akan digunakan untuk meningkatkan cakupan ketambahan peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), yang menciptakan berbagai tantangan dan peluang baru bagi para pemain di industry kesehatan.


ANALISIS MIKRO

            Berdasarkan data Income Statement PT Kalbe Farma, Tbk dari tahun 2013 sampai 2018 total revenue perusahan terus meningkat, terutama pada 2018 ke 2019, total  revenue perusahaan menyentuh angka 21 triliun rupiah dengan net income sebesar 2,5 triliun rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja keuangan perusahaan setiap tahunnya semakin membaik dan hal ini tentunya akan memberikan kepercayaan kepada para investor untuk berinvestasi di perusahaan ini.
            Dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, dapat digunakan untuk menganalisis  rasio-rasio yang bermanfaat bagi perusahaan maupun investor. Berikut beberapa analisis  mengenai laporan keuangan dari PT Kalbe Farma, Tbk tahun 2013-2018.

Rasio Likuiditas
Rata-rata Current Ratio dari tahun 2013 – 2018 adalah 387,28%. Dari tahun 2013 hingga 2018, Current Rasio PT Kalbe Farma, Tbk juga mengalami peningkatan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi utang jangka pendeknya menggunakan asset yang dimiliki. Angka tersebut menunjukkan, bahwa utang yang dimiliki perusahaan masih wajar dan tentunya perusahaan mampu untuk membayarnya. Dengan demikian, Investor tidak akan khawatir karena dalam kondisi sekarang ini, perusahaan tidak mungkin brangkut.

Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan. Selain itu, rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
Return On Asset (ROA) selama tahun 2013-2018 menunjukkan rata – ratanya di angka 15.58%, yang artinya bahwa setiap 1 rupiah asset yang dimiliki dan digunakan untuk operasional perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 15.58%, hal ini menandakan bahwa perusahan mampu menghasilkan laba yang  dapat menarik minat investor.
Return On Equity (ROE)  selama tahun 2013-2018 menunjukkan rata – ratanya di angka 19.41%, Return On Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.  Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya.

Rasio Solvabilitas
Dari tahun 2013 hingga 2018, Debt to total Asset Ratio (DAR) mengalami penurunan. Rata-rata DAR PT Kalbe Farma, Tbk adalah 19.37%. Dengan demikian, menandakan bahwa pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh utang semakin kecil.
Sedangkan, Debt to total Asset Equity Ratio (DER) dari tahun 2013-2018 mengalami penurunan juga. Artinya Asset yang dibiayai oleh Kreditor semakin menurun.  Semakin kecil DER menandakan bahwa pendanaan  yang dibiayai melalui kreditor lebih kecil, dan sebaliknya.








Komentar